Saturday, 24 March 2018

Kesuksesan Anak


Kesuksesan Anak

I.                   PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hak setiap warga Negara Indonesia. Tidak hanya sekedar pendidikan atau sekolah, tapi pendidikan atau sekolah yang memiliki kwalitas unggul sesuai dengan perkembangan kemajuan di masa ini.
Dalam Islam peserta didik ialah setiap  manusia  yang  sepanjang hayatnya  selalu  berada  dalam perkembangan, jadi bukan hanya anak- anak  yang  sedang  dalam  pengasuhan dalam pengasihan orang tuanya, bukan pula  hanya  anak-anak  dalam  usia sekolah,  tetapi  mencakup  seluruh manusia baik sebagai individu maupun sebagai  kelompok,  baik  manusia  yang beragama  Islam  maupun  tidak,  atau dengan  kata  lain  manusia  secara keseluruhan, setiap orang yang terlibat dalam  satu  kegiatan  pendidikan,  baik itu  formal,  informal,  maupun non formal harus mampu mengembangkan dan  mensosialisasikan  berbagai persoalan  yang  berkaitan  dengan peserta  didik  secara  baik  dan  benar demi  terselenggaranya  kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi guru dan juga bagi peserta didik.  Diantara yang  perlu diperhatikan  adalah  tentang bagaimanakah  eseensi  dari  peserta didik,  kewajiban  dan  tugas  peserta didik,  atau  etika  peserta  didik  dalam menuntut ilmu. Untuk menjadi peserta didik yang baik, sebaiknya memiliki dan mengembang  sifat-sifat  mulia  dan meghindari  sifat-sifat  tercela,  sebab sifat-sifat  mulia  tersebut  akan mempermudah  peserta  didik  dalam menuntut  ilmu,  sebaliknya  sifat-sifat tercela akan menghambat peserta didik dalam menuntut ilmu dan bimbingan dari orang dewasa atau dengan  bahasa yang lebih teknis adalah “pendidik”dengan  tujuan untuk mengantarkannya  menuju  suatu pematangan  diri.
Dari  sudut  pandang yang  lain,  ada  juga  yang  mengatakan bahwa peserta didik itu adalah manusia yang memiliki        fitrah atau potensi untuk mengembangkan  diri,  sehingga  ketika fitrah ini  ditangani  secara  baik  maka sebagai eksesnya justru anak didik itu nantinya  akan  menjadi  seorang  yang bertauhid  kepada  Allah  (Al  Rasyidin,  148).
Sementara  itu,  bila  merujuk kepada  Undang-Undang  Republik Indonesia  Nomor  20  Tahun  2003 tentang  SISDIKNAS  yang  terdapat dalam  BAB  I  Pasal  1  poin  keempat, dijelaskan  bahwa  peserta  didik  itu adalah anggota masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui  proses  pembelajaran  yang tersedia  pada  jalur,  jenjang,  dan  jenis pendidikan tertentu.
Maka dari keterangan di atas amat sangat  jelas  terlihat  peserta  didik  itu maknanya tidaklah hanya dalam tataran pendidikan  formal  saja,  juga  tidak memberi  batasan  usia,  dan  bahkan tekanannya  sangat  mejemuk  dengan tidak melihat bentuk perbedaan karena mengacu  kepada  sebuah  kesadaran akan  kemajemukan  bangsa  Indonesia itu  sendiri.  Namun  yang  paling terpenting dalam pengertian itu adalah istilah  “berusaha  mengembangkan potensi”,  itu  artinya  lewat  pendidikan atau proses pembelajaran yang terarah dan  positif  diharapkan  dapat  untuk mengoptimalkan  potensi  para  peserta didik  itu,  baik  dalam  wilayah pendidikan formal, non formal, informal dan juga pada tataran jenis dan bentuk pendidikannya. Sejalan dengan apa yang termuat dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun maka  senafas  benar  apa  yang dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa
II.                RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini memang ditekankan tentang kesuksesan peserta didik (murid) prespektif filsafat ilmu studi kasus di mi nu raudlatus shibyan 01dengan rumusan masalah
1.      Bagaimanakah konsep peserta didik di tinjau dari filsafat ilmu?
2.      Apakah faktor pendukung kesuksesan murid dilihat dari  filsafat ilmu?
III.             PEMBAHASAN
A.    KONSEP PESERTA DIDIK
Definisi Peserta Didik
Sebelum membicarakan  esensi peserta didik dalam perspektif  filsafat pendidikan Islam secara panjang lebar, alangkah  baiknya  dirumuskan  dulu kerangka  berpikirnya  melalui perumusan arti peserta didik itu. Sebab dengan  mengetahui  definisi  yang mapan  terhadap  pengertian  dua  kata ini,  tentu  tidaklah  terjadi  kesalahan dalam memberikan penafsiran nantinya ketika  membicarakan  esensi  yang sesungguhnya. Memang  diakui  pemberian definisi terhadap suatu objek tidak akan bisa memberikan hasil yang maksimal, dan  hal  itulah  yang  terjadi  dan membuat para pakar memiliki rumusan yang  beragam  ketika  mendefinisikan apa  itu  peserta  didik.  Tapi  walaupun begitu setidaknya di awal tulisan dalam makalah ini dengan pemberian definisi tersebut  diharapkan  akan  menjadi dasar untuk mengulas apa yang menjadi substansi persoalan nantinya. Ada  yang  berpendapat  peseta didik  itu  adalah  manusia  yang  belum dewasa,  oleh  karenanya  ia membutuhkan  pengajaran,  pelatihan
B.     Peserta Didik dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat dapat diartikan sebagai proses berpikir logis, kritis dan sistematis tentang segala realitas yang ada dan yang mungkin ada yang akan menjadi sikap dan keyakinan yang sangat dijunjung tinggi oleh subjeknya[1]. Dengan filsafat manusia berupaya mencari kebenaran terhadap sebuah realitas yang terjadi, apa yang ada di balik sebuah realitas serta  bagaimana  sebuah  realitas  seharusnya  ada.  Filsafat  mengajarkan    bagaimana sebuah  kebenaran  diperoleh,  jalan  apa  yang  harus  ditempuh  seseorang  untuk memperoleh sebuah kebenaran. 
Senada dengan hal di atas Runes[2]  dalam            Dictionary of Philosophy        , memaknai filsafat sebagai : Originally, the rational explanation of anything, the general principles under which all facts, could be explained, in this sense, indistinguishable from science. Later, the science of the first principle of being, the presuppositions of ultimate reality. Now, popularly, private wisdom or consoliation, technically, the science of  sciences, the criticism and systematization or organization of all knowledge, drawn from empirical science,  rational  learning,  common  experience,  or  wherever.  Philoshopy  includes metaphysics, or ontology and epistemology, logic, ethics, aesthetics, etc. 
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa filsafat dapat menjelaskan prinsip- prinsip umum tentang segala sesuatu, dalam hal ini kerja filsafat sama dengan sain (ilmu). Filsafat merupakan ilmu tentang prinsip utama being (yang ada), yaitu ilmu yang mempelajari hakikat dari yang ada, filsafat adalah ilmu dari pada ilmu, kritik, dan sistematisasi  atau  organisasi  dari  pengetahuan,  yang  berasal  dari  ilmu  empirik, pengalaman  (rasional,  ataupun  biasa).  Filsafat  mencakup  kajian  tentang  ontologi, epistemologi, etik dan estetik. Filsafat  pendidikan  merupakan  upaya  filosofis  yang  khusus  tertuju  pada masalah-masalah pendidikan. Dalam hal ini filsafat melakukan kritik, sistematisasi dan organisasi terhadap ilmu pendidikan, sehingga dengan dasar-dasar pandangan filosofis ilmu pendidikan dapat bermanfaat dan berkembang dengan baik. Noor  Syam3[3]   mengemukakan  bahwa  filsafat  pendidikan  merupakan  landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan harus menjadi pengetahuan dadasr (  basic knowledge          ) bagi setiap pelaksana pendidikan.
Sesuai  dengan  ruang  lingkup  filsafat,  maka  filsafat  pendidikan  juga  akan mencakup  kajian  ontologi  yang  mengkaji  dasar-dasar  dan  hakikat  dari  pendidikan, epistemologi  yang  membahas  bagaimana  pendidikan  dilaksanakan,  aksiologi  yang membahas untuk apa (nilai guna) pendidikan  tersebut. Dalam hubungannya dengan tema kajian yaitu peserta didik dan peserta didik secara ontologis akan mengkaji apa hakekat keduanya, secara epistemologis akan mengkaji bagaimana mereka terbentuk termasuk di dalamnya apa hak dan tanggungjawabnya, sementara aksiologisnya akan mengkaji untuk apa mereka dididik dan mendidik. Kajian-kajian tersebut yang akan coba dilakukan dalam pembahasan berikut.
C.     Peserta Didik dalam Perspektif Ilmu Pendidikan Islam
Peserta  didik  pada  dasarnya  merupakan  manusia  yang  sedang  dalam  masa pertumbuhan dan perkembangan,  yang  memerlukan  bantuan dari orang  lain (orang dewasa) untuk menjalani pertumbuhan dan perkembangannya tersebut. Peserta didik memiliki berbagai kebutuhan, yang dapat dikategorikan kepada kebutuhan pisik dan non pisik, di mana masing-masing kebutuhan harus terpenuhi dengan baik.
Islam  sebagai  agama  universal  tidak  hanya  mementingkan  masalah  ibadah, namun juga masalah yang lainnya. Islam sangat memperhatikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam  hal pendidikan, khususnya  mengenai anak didik Islam mempunyai pandangan ontologis tersendiri yang tidak dimiliki oleh ajaran agama lain. Pandangan ontologis Islam tentang pendidikan dapat dilihat dari konsep fitrah. Fitrah merupakan elemen dasar yang dimiliki oleh semua manusia, dalam hal ini termasuk pendidik dan peserta didik. Fitrah berarti suci, bukan seperti teori tabularasa yang dikemukakan John Lock yang bersih dari segala hal, namun suci dalam arti tidak memiliki dosa bawaan dan memiliki  kecenderungan  kepada  agama  Allah.  Suci  dalam  arti  dapat  diarahkan kemanapun juga oleh para pendidik dengan bekal potensi-potensi dasar yang sudah dimiliki oleh seorang anak setelah dilahirkan ke dunia. 
Menurut pandangan Islam fitrah sudah dimiliki oleh seseorang pada waktu ia baru dilahirkan ke dunia. Seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan suci, dalam arti suci bersih tanpa noda dosa yang diwariskan pendahulunya, namun sudah membawa berbagai potensi yang siap dikembangkan lewat pendidikan. Potensi untuk beragama umpamanya, dapat diarahkan lewat pendidikan. Pada dasarnya semua anak yang baru dilahirkan  sudah  membawa  potensi  beragama  dan  kecenderungan  untuk  berTuhan, untuk mencari sesuatu yang dapat melindungi dan mengatasi berbagai persoalan yang kadang kala tidak dapat diatasinya dengan hanya  mengandalkan  manusia dan  ilmu pengetahuan  yang  dimiliki  oleh  manusia.  Namun  adakalanya  pendidikan  dan lingkungan  selanjutnya  tidak  dapat  mendukung  potensi  tersebut  untuk  berkembang sehingga timbul kesan bahwa anak yang dilahirkan sebenarnya tidak memiliki potensi tersebut.  Hanya  pemaksaan  melalui  pendidikanlah  yang  memaksa  seseorang  untuk mengakui adanya Tuhan atau sesuatu zat Maha Agung yang telah menciptakan manusia. Fitrah dalam Islam tidak sama dengan teori tabula rasa yang dikembangkan John Lock,13   namun  anak  tersebut  memiliki  potensi-potensi  yang  bersih  dari  pengaruh lingkungan, ketika ia baru dilahirkan. Potensi-potensi inilah yang dapat dikembangkan oleh seorang pendidik melalui pendidikan. Sesuai dengan hal di atas, sebuah hadits nabi mengemukakan hal yang sama : yang artinya  : Tidak adalah anak yang dilahirkan itu kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua  orangtuanyalah  yang  menjadikannya  Yahudi,  Nashrani  atau Majusi. Hadits riwayat Bukhari.
Fitrah  dalam  hadits  di  atas  lebih  menekankan  pada  potensi  beragama  yang dimiliki  setiap  manusia,dan  pendidiklah  yang  akan  mengarahkan  kecenderungan beragama tersebut sesuai dengan yang seharusnya. Sesuai dengan fitrah ini dapat pula disimak ayat Al-Quran suarah Ar-Ruum (30) ayat 30 berikut: yang Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.  
Dalam  fitrah  terkandung  beberapa  komponen  potensial  yang  siap dikembangkan, yaitu :
1.      Kemampuan dasar untuk beragama Islam seperti yang digambarkan dalam Al-Quran dialog antara janin dan Tuhan ketika janin masih berada di dalam rahim seorang  ibu,  di  mana  Allah  menanyakan  “alasTu  bi  Robbikum?”  Janin menjawabnya dengan “Balaa, syahidna.” 
2.      Mawahib (bakat)  yang  memuat  kemampuan  dasar  yang  lebih  dominan dibandingkan dengan yang dimiliki orang lain, dan “     Qabliyyat” (tendensi atau kecendrungan) yang mengacu kepada keimanan kepada Allah
3.      Naluri dan kewahyuan (revilation)
4.      Kemampuan dasar untuk beragama secara umum
5.      Dalam fitrah terdapat komponen psikologis apapun, yaitu bakat, instink atau gharizah, nafsu dan dorongan-dorongannya, karakter atau watak tabi`at manusia, hereditas  atau  keturunan,  serta  intuisi  atau  ilham  yang  dapat  dilihat  ada enam potensi dasar yang dimiliki anak yang baru dilahirkan yang tercakup dalam konsep fitrah,  yaitu:
1.    Bakat dan kecerdasan
2.    Hereditas (keturunan)
3.    Nafsu (drivers)
4.    Karakter (watak asli)
5.    Intuisi (ilham)
6.    Instink (naluri).
Seorang anak yang dilahirkan telah memiliki bekal bakat dan kecerdasan yang akan memberikan peluang bagi anak tersebut untuk berhasil dalam kehidupannya sesuai dengan bakat dan kemampuan yang ia miliki.
Ramayulis1[4]   mengklasifikasikan  kecerdasan  kepada  kecerdasan  intelektual, kecerdasan  emosional,  kecerdasan  spritual  dan  kecerdasan  qalbu.  Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yanglain. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan, menilai    dan  memilah  serta  mempertimbangkan  sesuatu,  atau  kecerdasan  yang
 Ayat di atas mengisyaratkan bahwa manusia mampu memikirkan tentang alam, tentang peredaran planet matahari dan bumi yang kemudian membentuk perubahan dari siang menjadi malam, dan dari malam menjadi siang dengan kecerdasan intelektual yang mereka miliki. Sebagai hasil pikir terhadap kedua planet itu pula manusia mampu menentukan  kapan  harus  memulai  untuk  bercocok  tanam  dan  kapan  mereka melaksanakan sholat-sholat yang difardhukan. Dari hasil pikir terhadap kedua planet itu pula manusia dapat menciptakan alat transportasi lewat udara yang kemudian membuat mereka mampu menunaikan ibadah haji meskipun memiliki jarak yang sangat jauh dari Ka`bah.
Kecerdasan  emosional  adalah  kemampuan  untuk  memotivasi  diri  sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo`a, mampu mengenal emosi  orang  lain  sehingga  dapat  membantu  orang  lain  dalam  memecahkan persoalannya.  
Salovey  sebagaimana  yang  dikutip  Daniel  Goleman16   memperluas kemampuan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu :
1.      Mengenali emosi diri, yaitu kesadaran diri dalam mengenali perasaan waktu perasaan itu terjadi.
2.      Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas
3.      Memotivasi diri sendiri, yaitu kekmampuan memanfaatkan emosi untuk memberi perhatian pada motivasi dan menguasai diri sendiri.
4.      Mengenali emosi yang lain, yaitu kemampuan merasakan perasaan orang lain yang merupakan ketrampilan bergaul dasar, yang sangat berhubungan dengan kesadaran diri emosional.
5.      Membina hubungan, yaitu ketrampilan mengelola emosi orang lain.
D.    Profil, visi misi dan tujuan MI NU Raudlatus Shibyan 01
Dalam makalah ini, yang penulis masukkan dalam kategori sasaran adalah MI NU Raudlatus Shibyan 01 dengan alasan bahwa penulisan makalah ini memang bertujuan ingin mengetahui kondisi riil keadaan MI NU Raudlatus Shibyan 01 dalam menerapkan teori konvergensi dalam Pendidikan Islam
1.      Profil MI NU Raudlatus Shibyan 01
Madrasah MI NU Raudlatus Shibyan 01 adalah salah satu Madrasah yang berada dibawah naungan LP Ma’arif Kudus. Dimana dengan jelas semua yang berada didalamnya memiliki unsur NU yang kental. Terletak di Desa Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah MI NU Raudlatus Shibyan 01 adalah salah satu madrasah milik Badan Pelaksana Penyelengaraan Pendidikan Ma’arif NU (BP3MNU) RAUDLATUS SHIBYAN.
a.       Nama                           : MI NU Raudlatus Shibyan 01
b.      Kepala madrasah         : Supangat, S. Pd. I
c.       Berdiri                         : 01-09-1975
d.      NSM                            : 111233190082
e.       NPSN                          : 60712301
f.       Alamat                         : Jl. Dewi Sartika No 252 Peganjaran
  Bae Kudus
g.      Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan:
NO
NAMA
L/P
NOMOR INDUK
TEMPAT, TGL. LAHIR
JABATAN
1
SUPANGAT, S.Pd.I
L
55
KUDUS, 24-04-1969
KA. MI
2
TRISNAWATI, S.Pd.I
P
51
PATI, 07-07-1968
WAKA. MI
3
MASYKURI, A.Ma
L
27
KUDUS, 27-12-1957
GURU
4
NOOR MAZID, S.Pd.I
L
39
KUDUS, 22-05-1959
GURU
5
NOOR MUNAZAH, S.Pd.I
P
42
KUDUS, 20-05-1965
GURU
6
SUMIYATUN, S.Pd.I
P
50
KUDUS, 08-05-1967
GURU
7
SITI MASROH, S.Pd.I
P
61
KUDUS, 15-08-1972
GURU
8
TITIK SUMIYATI, S.Pd.I
P
63
KUDUS, 18-05-1982
GURU &SIE. KESISWAAN
9
YUSRON HADI
L
64
KUDUS, 29-04-1985
GURU &SIE. HUMAS, AGAMA
10
KHIRZAH AN, S.Pd.I
P
65
JEPARA, 11-04-1971
GURU &SIE. KURIKULUM
11
ABDUL HADI, S.Pd.I
L
66
KUDUS, 04-04-1984
GURU &SIE. SARANA PRASARANA
12
SRI MULYATI, MH
P
57
KUDUS, 18-11-1974
TATA USAHA
13
DANIAL RISKI  ADIB, S.Pd.I
L
67
KUDUS, 23-02-1991
PEMBINA PRAMUKA

2.      Visi, Misi dan Tujuan MI NU Raudlatus Shibyan 01
a.       Visi MI NU Raudlatus Shibyan 01
Terwujudnya Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam  Yang Mampu Mewujudkan Dan Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Berkualitas Dibidang IMTAQ & IPTEK Sebagai Kader Bangsa Yang Islami Dan Sunny (Ahlus Sunnah Wal Jamaah)
b.      Misi MI NU Raudlatus Shibyan 01
c.       Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berorientasi pada kualitas baik akademis, moral, social dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila.
d.      Menanamkan nilai-nilai dan Aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah serta Pengamalannya.
e.       Membekali peserta didik agar dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
f.       Tujuan MI NU Raudlatus Shibyan 01
·         Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
·         Memberikan bekal kemampuan dasar kepada murid tentang Pengetahuan Agama Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah.
·         Mewujudkan peserta didik yang mampu bersaing di jenjang sekolah kelanjutan.
·         Membentuk peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas dan berbudiluhur.
·         Melatih dan mendidik peserta didik memiliki keterampilan beribadah serta bertingkah laku sopan dalam masyarakat.
·         Melatih dan mendidik peserta didik memiliki keterampilan membaca AlQur’an dengan fasih dan benar.
·           Membentuk kader-kader Nahdlatul Ulama (NU) yang handal dimasa yang akan datang dengan memiliki jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi.[5]
E.     Profil Peserta Didik
Dalam pembahasan makalah ini memang hanya menitik beratkan pada satu murid saja yaitu ananda Nadila Puspita Triana, adapan profil lebih lengkap sebagai berikut :
1.      Nama Peserta Didik          : Nadila Puspita Triana
2.      Nama Panggilan                : Dilla
3.      Nisn                                   : -
4.      No. Induk Madrasah         : 2443
5.      Tempat dan tanggal lahir  : Kudus, 4 April 2005
6.      Agama                               : Islam
7.      Jenis Kelamin                    : Perempuan
8.      Tinggi Badan                    : 147 cm
9.      Berat Badan                      : 41 Kg
10.  Cita-cita                            : Guru / Techer
11.  Hobby                               : Menulis / Writing
12.  Anak Nomor                     : 2 (dua)
13.  Jumlah Saudara                 : 4 (empat)
14.  Alamat Lengkap               : Peganjaran RT 01 RW 4
15.  Kec, Kab, Kodepos          : Bae Kudus
16.  No, Kartu Keluarga                                  : 3319072901090026
17.  Nama Kepala Keluarga (dalam kk)           : Sutriman
18.  No. KKS, KPS, PKH                               : -
19.  Identitas orang tua
A.    Ayah
I.             Nama lengkap                : Sutriman
II.          Status                             : Hidup
III.       Nik ktp                           : 3319071605730007
IV.       Pendidikan terakhir        : SMP
V.          Pekerjaan                        : Karyawan Swasta
VI.       Rata-rata penghasilan     : 2.750.000
VII.    Nomor hape                   : 085 226 003 227
B.     Ibu
I.                 Nama lengkap             : Harlina
II.              Status                          : Hidup
III.           Nik ktp                        : 3319075905810002
IV.           Pendidikan terakhir     : SMP
V.              Pekerjaan                     : Karyawan Swasta
VI.           Rata-rata penghasilan : 4.100.000
VII.        Nomor hape                : 085 226 167 443

IV.             KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimplkan bahwa Pendidikan adalah hak setiap warga Negara Indonesia. Tidak hanya sekedar pendidikan atau sekolah, tapi pendidikan atau sekolah yang memiliki kwalitas unggul sesuai dengan perkembangan kemajuan di masa ini.
Dalam  fitrah  terkandung  beberapa  komponen  potensial  yang  siap dikembangkan, yaitu :
1.    Kemampuan dasar untuk beragama Islam
2.    Mawahib (bakat)  yang  memuat  kemampuan  dasar 
3.    Qabliyyat” (tendensi atau kecendrungan)
4.    Naluri dan kewahyuan (revilation)
5.    Kemampuan dasar untuk beragama secara umum
Dalam fitrah terdapat komponen psikologis apapun, yaitu bakat, instink atau gharizah, nafsu dan dorongan-dorongannya, karakter atau watak tabi`at manusia, hereditas  atau  keturunan,  serta  intuisi  atau  ilham  yang  dapat  dilihat  ada enam potensi dasar yang dimiliki anak yang baru dilahirkan yang tercakup dalam konsep fitrah,  yaitu:
1.      Bakat dan kecerdasan
2.       Hereditas (keturunan)
3.       Nafsu (drivers)
4.       Karakter (watak asli)
5.       Intuisi (ilham)
6.       Instink (naluri).
Berbicara tentang kesuksesan murid dilihat dari kaca mata filsafat ilmu, maka akan muncul banayak sekali pembahasan yang muncul berkaitan dengan hal tersebu, mulai dari pengertian peserta didik, karakteristik peserta didik, upaya agar peserta didik mampu mengikuti poroses pembelajaran sampai dengan apa yang berhubungan dengan luar peserta didik itu sendiri, seperti factor lingkungan madrasah, teman satu madrasah, lingkungan sekolah (termasuk apabila sekolah/ madrasah tersebut berada di satu lingkungan yang sama contoh MTs seperti yang terjadi di MI NU Raudlatus shibyan 01)
Kesuksesan peserta didik memang tidak terlepas dari banyak factor baik itu internal maupun eksternal. Seperti yang dijelaskan didepan.

V.                PENUTUP
Demikian sedikit pemaparan tentang makalah yang berjudul kesuksesan peserta didik (murid) prespektif filsafat ilmu studi kasus di mi nu raudlatus shibyan 01 Peganjaran Bae Kudus. yang mengambul satu murid yaitu Nadila Puspita Triana
Meskipun hanya mengangkat satu murid saja, diharapkan bisa diambil kemanfaatan dari hal yang positif dan memberikan koreksi disetiap kesalahan ataupun menambal kekurangannya.
Penulis sadar tiada gading yang tak retak serta kesempurnaan hanya milik sang kholiq al ladzi ‘allama bil qolam serta al ladzi maa lam ya’lam. Makalah sederhana ini buuh masukan dan kritikan yang konstruktif agar lebih bermanfaat untuk pribadi dan Instansi





[1] Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, Pekanbaru, LSFK2P, 2005, hlm. 5.
[2] Dagobert R. Runes, Dictionary of Philosophy, Totowa, New Jersey, Littlefield & Co, 1971, hlm. 235
[3] Muhammad  Noor  Syam,  Filsafat  Pendidikan  dan  Dasar  Filsafat  Pendidikan  Pancasila,  Surabaya,  Usaha Nasional, 1984, hlm. 39.
[4] Dikutip dari Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008, hlm. 58
[5] Data Diambil dari Buku Besar MI NU Raudlatus Shibyan 01

No comments:

Post a Comment