Showing posts with label RAJAB. Show all posts
Showing posts with label RAJAB. Show all posts

Thursday, 12 April 2018

Amalan Jumuah terakhir di bulan Rajab

Fatwa Habib Salim Soal Amalan Kaya Di Jumat Terakhir Bulan Rajab

Fatwa Habib Salim bin Abdullah as-Syathiri ihwal amalan kaya di jumat terkhir bulan Rajab.
(فائدة مهمة) قد جاء فى كنز النجاح والسرور ان من قرأ فى آخر جمعة من رجب والخطيب على المنبر أحمد رسول الله محمد رسول الله خمسا وثلاثين مرة لا تنقطع الدرهم من يده تلك السنة.السؤال كيف يقرأ والخطيب على المنبر وهو فى نفس الوقت مأمور بالانصات الجواب أنه ليس من شروط القراءة التلفظ بل استحضارها بالقلب يكفي او يقرأ حال الجلوس على المنبر قبل الخطبة او يقرأ حال الدعاء او الترضي من الصحابة لان المراد بالانصات حال الخطبة هو الانصات حال استماع اركان الخطبة لاغير.اه‍
والله اعلم بالصواب واليه المرجع والمآب

Dalam kitab Kanzun Najah Was Surur disebutkan bahwa barangsiapa membaca “Ahmad Rasulullah, Muhammad Rasulullah” sebanyak 35 kali di jumat terakhir bulan Rajab pada saat khatib di atas mimbar, maka dirham tidak akan terputus di tangannya pada tahun itu.

Bagaimana kita membacanya? Sedangkan khotib di atas mimbar , dan di waktu itu kita di perintahkan untuk diam mendengar khutbah ?
Jawab : tidak disyaratkan untuk membacanya dengan mulut akan tetapi di dalam hati saja sudah cukup, atau di baca ketika khotib duduk di mimbar sebelum khutbah, atau ketika do’a untk para sohabat, karena yang di maksud untuk diam di dalam khutbah (الإنصات ) adalah diam mendengarkan rukun khutbah, bukan yang lainnya.

Zikir ini juga disarankan al-Imam Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.

Beliau memberikan ijazah kepada para murid dan pecintanya untuk membaca,

اَحْمَدُ رَسُولُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَّسُولُ اللهِ

Artinya, “Ahmad adalah Rasulullah, Muhammad adalah Rasulullah.” Sebanyak 35 kali di hari jumat terakhir bulan Rajab, ketika khatib sedang berkhutbah.

Beliau berkata, “Barangsiapa membaca kalimat di atas pada jumat terakhir bulan Rajab, ketika khatib sedang berkhutbah, maka selama setahun tangannya tidak akan pernah kosong dari uang.”

Untuk kaum wanita membacanya di waktu sekiranya khatib sudah naik ke mimbar khutbah Jumat.

Amalan berikutnya dari Mbah Maimun Zubair, yaitu membaca Istighfar 700/70/7 kali sebelum sholat Jum’at. lafalnya berikut :

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لاَ اِلهَ إِلاَّ هُوَ الْـحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةً عَبْدِ ظَالِمٍ لاَ يـَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا

(Astaghfirullahal’adhim alladzi lâ ilâha illâ huwal hayyul Qoyyum wa atuubu ilaiih taubata ‘abdin dzolimin la yamliku linafsihi dhorron walâ naf’an walâ mautan wa la hayâtan wa lâ nusyuuro)

Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung Yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) dan saya taubat pada-Nya dengan taubat seorang hamba yang dzalim yang tak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi kematian, kehidupan, dan kebangkitan”.

Barang siapa yang membacanya 700/70/7 kali sebelum khotib naik mimbar pada Jum’at terakhir bulan Rajab, maka akan dimudahkan rizqinya sepanjang tahun

Monday, 2 April 2018

16 Rajab NU 95

Tanggal 16 Rajab, Tepat Hari Lahirnya Nahdlatul Ulama

16 Rajab 1344 - 16 Rajab 1439

Besok adalah hari Selasa tepatnya tanggal 16 Rajab, dan dihari yang sama pada 95 tahun silam, tepatnya 16 Rajab 1344 Hijriyah, para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah dari kalangan ulama pesantren salaf membuat sejarah gemilang di Indonesia dengan membentuk sebuah organisasi (jam'iyyah) Islam terbesar yang bernama Nahdlatoel Oelama (Kebangkitan Ulama).

Sejarah Nahdlatul Ulama
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional.

Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prinsip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Selamat Harlah ke 95, semoga makin jaya, menjadi rahmat bagi dunia.